Kamis, 02 Mei 2013

Teori Pembangunan Ekonomi Cincin-O dari Kremer

(Michael Kremer)

Teori ini di kemukakan oleh Michael Kremer. Ia mengatakan bahwa produksi modern mensyaratkan bahwa berbagai kegiatan harus di lakukan dengan baik dan bersama-sama, agar masing-masing dapat menghasilkan nilai yang tinggi. Hal ini adalah suatu bentuk dari komplementaritas yang kuat serta merupakan cara berpikir alamiah mengenai spesialisasi dan pembagian tenaga kerja, yang bersama-sama dengan skala ekonomis merupakan tonggak dari perekonomian negara maju pada umumnya dan produksi industrial pada khususnya. Teori ini menjelaskan tidak hanya eksistensi jebakan kemiskinan, namun juga alasan-alasan mengapa negara-negara yang terjerat kedalam jebakan tersebut mempunyai pendapat yang luar biasa rendahnya di bandingkan dengan negara-negara berpendapatan tinggi. 

Model Cincin-O 

Fitur kunci dari model cincin-O ini adalah caranya membuat model produksi dengan komplemensitaritas antarinput yang kuat.Kita akan memulai pembahasan mengenai model ini dengan menggambarkan apa yang terjadi di dalam sebuah perusahaan, namun seperti yang kita lihat,model ini juga memberikan wawasan yang bermanfaat mengenai dampak komplementaritas antar perusahaan atau antarsektor di dalam sebuah perekonomian. Untuk menyederhanakan masalah yang mungkin akan terjadi, asumsikan bahwa kesalahan seorang pekerja sama sekali tidak mempengaruhi pekerja yang lain,atau independen. Fungsi produksi yang di asumsikan disini adalah fungsi yang sederhana: output diperoleh dengan mengalikan nilai q (tingkat ketrampilan) dari masing-masing n tugas secara bersama-sama,dan kemudian dikalikan dengan sebuah nilai yang di sebut sebagai B,yang tergantung pada karakteristik perusahaan yang bersangkutan dan secara umum akan semakin besar seiring dengan semakin banyaknya jumlah tugas. Dimisalkan juga bahwa setiap perusahaan hanya mempekerjakan dua karyawan. Sehingga fungsi produksi cincin-O adalah sebagai berikut: 

BF(qi qj) = qi qj (1.1) 

Untuk sederhananya,pada saat ini dimisalkan bahwa faktor pengalinya, B=1. Sebagai tambahan dari bentuk fungsi produksi tersebut, kita akan membuat 3 asumsi penyederhanaan penting yang lain: (1) Perusahaan yang ada bersifat netral terhadap resiko, (2) pasar tenaga kerja bersifat kompetitif, dan (3) para pekerja menawarkan tenaganya secara inelastis (bekerja tanpa mempedulikan upahnya). Untuk sekarang di amsumsikan juga bahwa perekonomiannya tertutup. 

Salah satu fitur yang paling peting dari fungsi produksi ini adalah apa yang di sebut sebagai pencocokan pemilihan positif (positive assortative matching). Hal ini berarti bahwa para pekerja yang mempunyai keterampilan tinggi akan bekerja sama, dan para pekerja beketerampilan rendah pun juga akan bekerja sama. Dalam model ini, setiap orang akan suka bekerja dengan orang yang lebih produktif, karena jika upaya Anda dikaliakan dengan upaya orang lain,seperti dalam persamaan 1.1, Anda akan lebih produktif jika bekerja dengan orang yang lebih produktif.Dalam sebuah pasar yang kompetitif Anda akan dibayar berdasarkan produktivitas Anda. Sebuah perusahaan yang mempunyai pekerja yang lebih produktif lebih mampu membayar upah yang lebih tinggi, karena nilai outputnya akan lebih tinggi jika di kerjakan oleh dua orang pekerja yang lebih produktif, dari pada jika dikerjakan oleh dua orang pekerja yang salah satunya berproduktifitas rendah dan yang lainnya berproduktifitas tinggi. Akibatnya,terdapat kecendrungan yang kuat bahwa para pekerja yang mempunyai produktivitas tinggi akan bekerja sama. 

Karena nilai totalnya lebih tinggi ketika pekerja yang setara dipasangkan, perusahaan yang mulai beroperasi dengan pekerja berproduktivitas tinggi mampu menambah karyawan yang juga memiliki produktiviras tinggi, dan bagi mereka, hal tersebut menguntungkan. Tentu saja, setiap perusahaan ingin mempekerjakan karyawan yaang paling produktif, namun pekerja tersebut akan menerimanya berdasarkan kepentingan pribadinya untuk bergabung dengan pekerja lain yang produktivitasnya juga tinggi. Bayangkan perusahaan-perusahaan yang sedang didirikan ketika para pekerja mencoba memilih-milih perusahaan mana yang akan dimasukinya. Setelah para pekerja yang produktif mendapatkan pasangannya, mereka tidak lagi berada di pasar tenega kerja. Kemudian para pekerja yang kurang produktif akan terikat satu sama lain. Jika terdapat banyak tingkatan keterampilan atau produktivitas, yang pertama kali mengrlompok adalah para pekerja berkemamouan paling tinggi, kemudian yang tertinggi kedua,dan seterusnya, sehingga pemasangan keterampialan akan menghasilkan proses yang bertingkat. 

Hasil cincin-O dari pencocokan pilihan positif bergantung pada asumsi-asumsi yang cukup kuat. Terdapat dua poin penting: (1) pekerja bukanlah merupakan substitusi yang cukup sempurna satu sama lain, dan (2) kita harus mempunyai komplementaritas tugas yang cukup. 

Untuk memahami mengapa pekerja pasti merupak substitusi yang tidak sempurna satu sama lain, andai saja mereka substitusi yang sempurna. Misal saja terdapat dua tingkatan keterampilan,qL dan qH=2qL, sehingga setiap pekerja qh dapat diganti oleh dua pekerja qL dan hal-hal lain tidak berubah. Karena itu, pekerja qh mendapat upah dua kali oekerja qL. Kita tidak dapat membuat prediksi apapun mengenai kombinasi tingkat keterampilan pekerja yang bagaimana yang akan digunakan oleh perusahaan atau sebuah perekonomian, sehingga kita tidak dapat belajar mengenai jebakan ekuibrium tinkat keterampilan rendah.Pada kenyataannya,terdapat bukti empiris bahwa jenos-jenis pekerja di perusahaan bukan merupakan substitusi yang sempurna satu sama lain 9tidak dapat saling menggantikan). 

Untuk melihat mengapa kita harus mempunyai komplementaritas tugas-tugas, dimisalkan terdapat dua tugas yang disebut dengan g dan h, namun diantara keduanya tidak terdapat komplementaritas. Agar lebih spesifik, andaikan seorang pekerja qH dipekerjakan untuk melakukan tugas g, dan seorang pekerja qL dipekerjakan untuk melakukan tugas h, sehingga : 

F(qHqL)=g(qh) + h(qL) 



Di sini, keterampilan bukan merupakan substitusi yang sempurna satu sama lain, karena hanya satu jenis pekerja yang dapat di pekerjakan untuk melekukan masing-masing tugas (dengan kata lain, di sini tidak berlaku substitusi dua orang pekerja qL untuk seorang pekerja qH).akan tetapi, karena tugas-tugas tidak bersifat komplementer atau saling melengkapi, pilihan keterampialn yang optimal untuk tugas g tidak tergantung pada pilihan keterampilan yang optimal untuk tugas h, dan sekali lagi di sini tidak terdapat komplementaritas strategis. 













Implikasi teori cincin-O 

Analisis tersebut mempunyai beberapa implikasi penting : 

· Perusahan cenderung untuk mempekerjakan karyawan yang mempunyai keterampilan yang serupa untuk melakukan tugas-tugas mereka. 

· Pekerja yang melakukan kerja yang sama di perusahaaan berketerampilan tinggi akan mendapatkan upah yang lebih tinggi dari pada rekannya di perusahaan berketerampilan rendah. 

· Karena kenaikan upah dalam q berlangsung dengan tingkat yang semakin tinggi,tingkat upah akan jauh lebih tinggi di negara-negara maju daripada yang diramalkan menurut ukuran keterampilan yang objektif. 

· Jika pekerje dapat meningkatkan keterampilan mereka dan melakukan investasi seperti itu,dan jika mereka memang berkepentingan untuk melakukannya, mereka akan mempertimbangkan tingkat investasi sumber daya manusia yang dilakukan oleh pekerja lain sebagai kompenen dari keputusan mereka mengenai seberapa banyak keterampilan yang harus diperoleh. Dengan kata lain, ketika orang-orang di sekitar anda mempunyai keterampilan rata-rata yang lebih tinggi, anda akan mempunyai insentif yamg lebih besar untuk memperoleh lebih banyak keterampilan. Jenis komplementaritas yang dapat memunculkan ekuilibria jamak ini seharusnya sudah menjadi kondisi yang biasa ditemui. 

· Seseorang dapat terjebak dalam jebakan kualitas produksi yang rendah yang meliputi seluruh perekonomian. Hal ini akan terjadi ketika terdapat efek cincin-O antar perusahaan maupun didalam sebuah perusahaan. Karena terdapat eksternalitas pada pekerjaan, maka mungkin akan terdapat kebijakan industrial yang mendorong peningkatan kualitas. 

· Efek cincin-O memperbesar dampak kemandegan produksi lokal karena kemandegan seperti itu mempunyai efek berganda pada produksi yang lain. 

· Kemandegan juga mengurangi insentif para pekerja untuk berinvestasi dalam meningkatkan keterampilan, dengan menurunkan hasil yang di harapkan dari investasi ini. 



Oleh karena itu, model cincin-o dari kremer menyoroti banyak implikasi dari komplementaritas yang kuat bagi pembangunan ekonomi dan distribusi pendapatan antar negara. Kremer menyimpulkan, “Jika komplementaritas strategis cukup kuat, negara-negara atau kelompok-kelompok di sebuah negara yang secara mikroekonomis dapat mencapai ekuilibria dengan tingkat sumber daya manusia yang berbeda-beda. 



Rangkuman dan kesimpulan: Ekuilibria Jamak dan Kegagalan Koordinasi 



Tujuan teori pembangunan ekonomi tidak hanya untuk memahami keterbelakangan namun juga untuk merancang kebijakan yang efektif guna menanganinya. Analisis masalah kegagalan koordinasi, di satu pihak menunjukkan potensi terjadinya kegagalan pasar, terutama yang mempengaruhi prospek keberhasilan pembangunan ekonomi, adalah lebih luas dan lebih dalam daripada yang telah dipahami sebelumnya. Masalah kegagalan koordinasi dapat menimbulkan efek yang lebih jauh jangkauannya. 

Kegagalan koordinasi yang mungkin timbul dengan adanya komplementaritas menegaskan kemungkinan adanya pembuatan kebijakan intervensi yang mendalam, yang dapat menggerakkan perekonomian menuju ekuilibrium yang lebih baik, atau bahkan menuju tingkat pertumbuhan permanen yang lebih tinggi, yang pada saatnya dapat mencukupi dirinya sendiri. 

Prospek adanya intervensi yang mendalam dapat berarti bahwa biaya penerapan kebijakan dapat dikurangi, dan bahwa bantuan pembangunan yang ditergetkan secara seksama dapat memberikan hasil yang lebih efektif 

Namun dilain pihak, intervensi mendalam menyebabkan potensi biaya dari peran publik juga menjadi jauh lebih besar. Konsekuensi pilihan kebijakan menjadi lebih berat, karena kebijakan buruk yang dibuat pada masa kini dapat menjerumuskan perekonomian kedalam ekuilibrium yang buruk selama beberapa tahun ke depan. Hal tersebut dapat terjadi sebagian karena pemerintah mungkin merupakan bagian terbesar dari masalah dan memainkan peran kunci dalam melestarikan ekuilibrium yang buruk, seperti sebuah rezim yang sangat korup, dan sebagian lagi karena sejumlah pejabat pemerintah dan politisi mungkin juga mendapatkan keuntungan pribadi dari kebijakan tersebut. Kebijakan yang buruk bahkan dapat menggerakkan perekonomian ke dalam ekuilibrim yang lebih buruk dari semula. Adalah sangat naif dan berbahaya jika berharap pemerintah akan menjadi sumber reformasi yang dapat menggerakkan perekonomian menuju ekuilibrium yang lebih baik di negara-negara mana yang pemerintahnya justru merupakan bagian dari kaitan kompleks ekuilibrium yang buruk. 

Kegagalan pemerintah maupun kegagalan pasar adalah hal yang nyata, namun kontribusi sektor publik dan swasta terhadap pembangunan juga merupakan hal yang vital. Oleh karena itu,kita harys bekerja membangun institusi yang mendorong para pelaku didalam sektor publik dan swasta untuk bekerja bersama sedemikian rupa sehingga dapat menciptakan kondisi yang dibutuhkan untuk mematahkan jebakan kemiskinan. Dalam mencapai tujuan ini komunitas internasional juga mempunyai peran penting,yaitu memberikan gagasan,model, serta fungsi sebagai katalis perubahan, dan juga menyediakan dana yang di butuhkan. 

Singkatnya, kontribusi model-model baru pembangunan yang di bahas dalam bab ini mencakup pemahaman yang lebih baik terhadap berbagai penyebab dan efek jebakan kemiskinan, yang di peroleh dengan memberi penekanan yang lebih rinci terhadap peran jenis-jenis komplementaritas strategis yang berbeda, menjelaskan peran ekspektasi menyoroti cakupan potensial intervensi mendalam, dan yang tak kalah pentingnya,memperbaiki pemahaman kita tentang potensi peran pemerintah dan kendala terhadap efektivitas peran tersebut.Akhirnya pendekatan baru tersebut dengan lebih jernih menunjukkan potensi kontribusi yang sesungguhnya. Keterbatasan utama model baru tersebut hingga sekarang mungkin adalah bahwa analisis model tersebut memang mendalam,namun implikasinya pada kebijakan praktis masih belum diketahui. 

Namun demikian,seiring dengan semakin meluasnya pemerintahan yang demokratis di seluruh dunia, pemahaman baru terhadap jebakan pembangunan dapat memberi panduan bagi rancangan kebijakan yang lebih efektif daripada beberapa tahun lalu. Dengan cerdas, Karla Hoff dan Joseph Stiglitz, menyimpulkan, “Dalam kondisi demokratis pun, pemerintah bisa gagal, demikian pula pasar. Namun perkembangan positif yang terjadi pada tahun-tahun terakhir ini adalah untuk mencoba intervensi yang lebih terbatas demi memanfaatkan imbalan antarlembaga, dan untuk mencoba merancang tahapan-tahapan reformasi kebijakan yang akan mempermudah tercapainya ekuilibria yang baik”.
(sumber : buku Economic Development Michael P. Todaro dan Stephen Smith)
diringkas dengan susah payah oleh : Desy Asmara 

Tidak ada komentar:

Posting Komentar