Kamis, 02 Mei 2013

Teori Pertumbuhan Baru : Pertumbuhan Endogen

(Paul M Romer)

Teori Pertumbuhan endogen ini dipelopori Paul M Romer pada tahun 1986 dan Robert Lucas pada tahun 1988 sebagai kritikan terhadap teori pertumbuhan neoklasik solow yang tidak bisa menjelaskan dengan baik pertumbuhan ekonomi dalam jangka panjang. Pemahaman ini adalah respon dari perkembangan teknologi seperti kita lihat sekarang yang mampu menghasilkan teknologi modern sehingga dapat meningkatkan produksi. Sedangkan teori Neo-klasik solow tidak dapat menjelaskan dengan baik tentang perkembangan teknologi.Teori pertumbuhan endogen ini berbeda dengan teori Solow yang menganggap keseimbangan jangka panjang dari capital-labor ratio akan menghasilkan pertumbuhan mendekati zero growth (konvergent). 
Model pertumbuhan endogen ini berasumsi proses pertumbuhan berasal dari tingkat perusahaan atau industri. Setiap industri berproduksi dengan skala hasil yang konstan, sesuai dengan asumsi persaingan sempurna. Romer berasumsi bahwa cadangan modal dapat mempengaruhi output ditingkat industri sehingga memungkinkan terjadinya skala hasil yang makin meningkat ditingkat perekonomian secara keseluruhan. Cadangan modal yang dimiliki setiap perusahaan termasuk pengetahuan yang dimilikinya juga. Pengetahuan yang terdapat dalam cadangan modal setiap perusahaan adalah sebuah barang publik (public goods) (seperti produktivitas tenaga kerja pada model Solow). 
Model ini menerapkan “learning by doing” sabagai “learning by investing” belajar dari invenstasi. Jadi model endogenisasi Romer adalah cara untuk memahami model Harrod Domar yaitu pertumbuhan bergantung pada investasi. 
Kritik terhadap Teori Pertumbuhan Baru 
Teori pertumbuhan baru ini masih bergantung dengan beberapa asumsi neoklasik yang sering tidak cocok dengan perekonomian yang ada pada negara berkembang sehingga hal ini menjadi kelemahannya tersendiri. Seperti, adanya sektor-sektor produksi yang simetris atau semuanya simetris. Hal ini tidak memberikan peluang kepada realokasi tenaga kerja dan modal antarsektor yang mengalami transformasi selama terjadinya proses perubahan struktur. 
Teori baru ini hanya menekankan pada faktor penentu tingkat pertumbuhan jangka panjang sehingga dampaknya terhadap pertumbuhan jangka pendek dan menengah terabaikan. Pertumbuhan ekonomi negara-negara berkembang terhambat karena berbagai masalah seperti infrastruktur yang jelek, struktur kelembagaan yang tidak memadai, dan pasar modal dan barang yang tidak sempurna. 
Teori pertumbuhan endogen mengabaikan faktor-faktor berpengaruh ini, sehingga penerapannya dalam studi pembangunan ekonomi menjadi terbatas, terutama ketika melibatkan perbandingan antar negara. Contohnya, di negara-negara berpendapatan rendah yang terjadi kelangkaan modal membuat penggunaan kapasitas pabrik juga rendah, dan teori ini gagal menjelaskannya. 

Keterbelakangan sebagai Akibat Kegagalan Koordinasi 

Kegagalan koordinasi merupakan kondisi lembaga tidak mampu untuk mengatur perilaku (pilihannya) untuk memberikan hasil (ekuilibrium) sehingga membuat semua lembaga tersebut berada dalam kondisi yang lebih buruk. Misalnya, perusahaan tidak dapat memasuki pasar disebuah daerah jika para pekerjanya tidak mempunyai keterampilan yang dibutuhkan, jika tidak ada perusahaan yang akan mempekerjakan maka tidak ada pekerja yang akan mempelajari keterampilan tersebut. Masalah ini membuat tingkat pendapatan rata-rata yang rendah atau pada tingkat pertumbuhan yang rendah, atau juga dengan penduduk yang berada dalam kondisi yang sangat miskin. 

Contoh kasus kegagalan koordinasi: 

– Sejumlah investor potensial gagal mempertimbangkan efek pendapatan dari upah yang mereka bayarkan. 

– Muncul interaksi dari berbagai perilaku yang sedikit terdistorsi. 

– Timbul distorsi yang sangat besar, sampai pada kegagalan proses industrialisasi secara langsung. 

Ekuilibria Jamak 

Ketika suatu investasi gabungan yang menguntukan tidak dapat dilakukan karena tidak ada koordinasi, ekuilibria jamak dapat tercapai, dimana ada individu-indibidu yang sama bisa mencapai sumber daya dan teknologi yang sama tetapi bisa berakhir dalam situasi yang berbeda. Negara - negara terbelakang bisa saja mengalami kondisi tersebut. Ada banyak penyebab yang membuat ekuilibria jamak tidak bisa tercapai, misalnya adanya tekanan politik dari beberapa pihak yang merasa akan dirugikan apabila terjadi modernisasi dinegara mereka, kemudiaan teknologi yang tidak tersedia dinegara mereka sehingga membutuhkan tranfer teknologi dari negara lain. Akan tetapi transfer teknologi dari negara lain juga memberikan efek pada perusahaan lain. 

Mengatasi Keterbelakangan 

· Pemerintah berperan penting dalam hal ini, pemerintah harus menjadi perantara para pekerja yang menginginkan keterampilan yang bisa dimanfaatkan oleh perusahaan dan perusahaan menginginkan peralatan yang dapat digunakan para pekerja untuk berkarya. 

Model Dorongan Besar 

· Paul Rosenstein-Rodan pelopor Model dorongan besar (big push) yang merupakan model kegagalan koordinasi yang menunjukkan bagaimana kegagalan pasar menimbulkan kebutuhan akan perekonomian yang terencana dan usaha – usaha agar proses pembangunan ekonomi yang panjang dapat berjalan atau dipercepat. Masalah kegagalan koordinasi ini akan menghambat keberhasilan industrialisasi dan menjadi kendala bagi dorongan pembangunan. 

· Ada 4 kondisi yang memerlukan dorongan besar : 

1. Efek intertemporal. Investasi harus dimulai dari sekarang untuk meningkatkan produksi yang lebih efisien dimasa depan agar ekuilibria jamak tercapai. Investasi yang dilakukan itu sendiri harus menguntungkan agar permintaan yang diharapkan cukup tinggi pada periode kedua. 

2. Efek urbanisasi. Urbanisasi diperlukan untuk mendorong terjadinya industrialisasi. Misalnya, diperkotaan terdapat banyak industri manufaktur yang memberikan skala hasil yang meningkat berarti penduduk perkotaan itu sendiri mengkonsumsi barang-barang manufaktur. Sedangkan di pedesaan hanya terdapat industri rumahan. 

3. Efek infrastruktur. Jika disebuah daerah infrastrukturnya sudah memadai (pelabuhan, jalan raya, rel kereta api) akan memudahkan perusahaan melakukan investasi dan biaya yang harus mereka keluarkan juga berkurang. Akan tetapi apabila masalah koordinasi masih ada proses industrialisasi yang efisien juga akan sulit terjadi. 

4. Efek pelatihan. Para pengusaha perlu menambah investasi dalam fasilitas pelatihan untuk meningkatkan kinerja pekerja mereka. Akan tetapi para pekerja mereka lebih memilih diberikan insentif gaji yang tinggi oleh perusahaan lainnya daripada ikut pelatihan dari perusahaan. Selain itu permintaan para pekerja terhadap pelatihan pun sedikit. 

Mengapa Masalah Kegagalan Koordinasi Tidak Dapat Dipecahkan oleh Seorang Wirausahawan Super? 

1. Adanya kemungkinan terjadi kegagalan pasar modal. 

2. Adanya biaya kelembagaan (agency costs) yaitu biaya dari pemantauan para manajer dan agen yang lain, dan juga terdapat biaya perancangan dan pelaksanaan rencana untuk memastikan supaya para pekerja mematuhi perintah pemimpinnya. Semakin besar perusahaan semakin besar pula biaya pemantauannya. Bahkan jika rencananya adalah untuk menjual industrinya, industri-industri ini harus dikembangkan secara bersamaan. 

3. Kemungkinan terjadi kegagalan komunikasi yaitu kemungkinan bahwa wirausahawan tersebut bukanlah koordinator yang benar. 

4. Pengetahuan yang terbatas, walaupun menetapkan bahwa seluruh perekonomian mempunyai akses terhadap teknologi modern, hal ini tidak berarti bahwa seorang individu dapat memperoleh pengetahuan yang cukup untuk melakukan industrialisasi.

(sumber : buku Economic Development Michael P. Todaro dan Stephen Smith)

Tidak ada komentar:

Posting Komentar