Kamis, 25 April 2013

Mengapa Kebijakan Klasik Gagal atasi Krisis tahun 1930an?


(Antrian pengangguran yang ingin mendapatkan kopi dan donat gratis. sumber :   http://libcom.org/history/1930-1939-unemployed-workers-movement )


Pemikiran klasik tidak efektif dalam mengatasi penyakit ekonomi tahun 1930 an karena Pasar terlalu bebas untuk dilepas dengan orang-orang yang serakah sehingga barang diproduksi terlalu banyak, konsumsi kredit pun sangat tinggi, yang memicu terjadinya inflasi yang besar. Aliran klasik mengalami kegagalannya karena tidak mampu mengatasi Depresi tahun 1930 yang menunjukkan bahwa pasar tidak mampu bereaksi terhadap gejolak di pasar saham. 


Keynes mengatakan bahwa pemerintah boleh melakukan pengeluaran yang tidak produktif seperti pembangunan piramida atau bahkan perang. Pengeluaran tersebut dapat meningkatkan permintaan agregat dan membantu pemulihan ekonomi. Argumen Keynes ini terbukti benar ketika AS ikut terlibat dalam Perang Dunia ke-2 di saat pengeluaran dan pembiayaan defisit naik secara drastis, dari 15% menjadi 46% terhadap GNP. Hasilnya, pengangguran mencapai titik terendah, 1,2%, dan output ekonomi naik tajam. (sumber : http://id.shvoong.com/social-sciences/economics/2311884-sejarah-perkembangan-ekonomi/)
Menurut Keynes dalam pandangan klasiknya, produksi akan selalu menciptakan permintaannya sendiri hanya berlaku untuk perekonomian tertutup sederhana. Ini terdiri dari sektor rumah tangga dan perusahaan saja. Dalam perekonomian yang lebih maju masyrakat sudah mengenal tabungan, sebagian pendapatan akan mengalami kebocoran (leakage). Arus pengeluaran tidak lagi sama dengan pendapatan, sehingga permintaan agregat akan lebih kecil dari penawaran agregat. (Deliarnov, Perkembangan Pemikiran Ekonomi)

Tidak ada komentar:

Posting Komentar