Selasa, 26 Maret 2013

Ibu Penjual Jamu Gendong



Pagi itu seperi biasa saya naik labi - labi (nama angkutan umum dikota saya) untuk menuju ke kampus yang berada di daerah Darusalam. Saya terus mengeluh di dalam hati karena beban berat yang saya bawa, hari itu saya membawa beberapa buku cetak tebal didalam tas saya, beserta binder, buku tulis dan perlengkapan lainnya. Labi - labi yang  saya naiki  itu hampir penuh, ada beberapa mahasiswi lain, anak sma, ibu -ibu kantoran, dan yang menarik perhatian saya adalah seorang ibu paruh baya penjual jamu gendong yang mungkin usianya sebaya dengan ibu saya dirumah. Ia membawa bakul besar berisi sepuluh-an lebih botol kaca dan ember berisi air yang dia letakkan di bawah tempat duduk. Ibu itu memangku bakul besar tadi karena tempat duduk sudah penuh sehingga dia tidak bisa lagi meletakkan bakul berat itu ditempat duduk sampingnya. Saya jadi merasa malu teringat dengan keluhan - keluhan saya tadi. Ia yang usianya jauh lebih tua dari saya tidak sedikitpun menunjukkan rasa keberatan di wajahnya. Yang ada hanya wajah keibuan, ramah, dan sangat tenang. Sebagai seorang yang muda saya merasa kalah waktu itu..
Sesampai di daerah Prada Ibu penjual jamu tadi turun dari labi - labi. Setelah ibu itu membayar ongkos labi - labi yang masih saya tumpangi itu pun melaju pelan. Melalui jendela labi-labi, saya melihat ibu penjual jamu gendong tadi menyebrang jalan raya dengan bakul besar yang kini ia gendong dipunggungnya dan ember berisi air yang ia tenteng di tangan kirinya, Labi - labi yang saya tumpangi terus menjauh menuju kampus. Semoga Allah melancarkan rezekimu ibu penjual jamu gendong..

Tidak ada komentar:

Posting Komentar