1. Nana Thursina : Siti Thursina, gadis cantik yang baik hati
Tokoh Antagonis
1. Hafiz Alghazali :Datuk Ghazali, Datuk tua yang kaya raya dan sombong.
Peran Pembantu
1. Agung Fuad Pahlevi : Syamsul Bahri, kekasih Siti Thursina yang sangat mencintai Siti Thursina.
2. Aldian Mutia Sari : Istri kedua Datuk Ghazali.
3. Fauzan Riza : Ali, Ayah Siti Thursina yang sangat miskin dan menyayangi anaknya.
4. M. Iqramulah : Abbasyah, pengawal Syamsul Bahri yang setia kepada Tuannya.
5. Uchti Aprilina : Istri Pertama Datuk Ghazali.
Pada suatu hari…
Di sebuah Desa tepatnya di Minagkabau yang dikuasai oleh bangsawan Datuk Ghazali. Penduduk Desa banyak yang terlilit hutang dengan Datuk Ghazali. Salah seorang penduduk yang terlilit hutang dengan Datuk Ghazali adalah Ali.
Datuk Ghazali : Huhhh.. panas bana siang ini Dinda.. Istri 2 :Benar Uda, (Sambil mengipaskan kipas)
Datuk Ghazali : Dinda-dindaku uda hendak membuat rencana untuk masa depan uda.
Istri 1 : Apa itu uda? Pasti uda hendak membuat panti jompo untuk uda dimasa depan bukan?
Datuk Ghazali : Kurang ajar, uda hendak menikah lagi tau!
Istri 1 : Dinda tidak setuju! Dinda tidak mau shoping kepasar lagi!
Datuk Ghazali : Don’t be angry my wife.. I’ll buy a new car just for you…
Istri 1 : Banar itu uda………?
Istri 2 : Apa! Dinda juga, dinda tidak mau jalan-jalan lagi!
Datuk Ghazali : Bek ka beungeh hai……….
(tiba-tiba terdengar suara ketukan pintu)
Ali :(Mengetuk pintu rumah Datuk Ghazali) tok,tok,tok… Assalamualikum… Datuk.. O…Datuk…
Istri 1 : Waalikumusalam. Masuk!
Ali : Istri pertama datuk rupanya, Apa ada Datuk ada dirumah?
Istri 1 : Ada, masuklah hai Ali.
(Ali masuk kerumah Datuk yang sedang duduk bersama Istri keduanya)
Ali : (Ali Masuk dan duduk dibawah) Wahai tuan Datuk…. Ambo minta maaf pertama-tama.
Istri 2 : Pasti indak meminjam uang, tiap hari orang datang meminjam uang kenapa miskin benar desa ini.
Ali : Benar. Ambo indak meminjam duit.. Sebesar Rp 3.000,00…
Datuk Ghazali : Boleh sajo! Asalkan dibayar dengan bunga yang basar yo!
Istri 2 : Dengar itu! Jangan lupa yo!
Ali : Terima kasih banyak yo Datuk… Ambo mohon pamit.
Disuatu tempat yang sepi… Siti Thursina sedang duduk dengan kekasihnya Ali, yang sangat ia cintai. Mereka telah memadu kasih cukup lama.
Siti Thursina : Wajah kakanda mengapa merona merah banar? Apakah karena panas siang ini kakanda?
Syamsul : Indak Dinda… bukan karena panas.. Tapi karena Kakanda sedang didekat Dinda…
Siti Thursina : Kankanda memang pintar merayu…. Siti makin cinta..
Syamsul : Oh dek siti… dek Siti memang benar-benar cantik. Kakanda banar-banar terpesona Tapi.. kemana si Abbasyah itu Lama benar ia rupanya…
(Tak lama kemudian datanglah Abbsayah mengendarai mobil mewah. Dan menghampiri Syamsul.)
Abbsayah : Mohon maaf tuanku.. Ambo baru saja mengantarkan nenek tuan.
Syamsul : Ya sudah. Ayo siti, naik ke mobil ambo.
Abbasyah : Baik Tuan, mobil telah disiapkan.
Naiklah Syamsul dan Siti Thursina ke dalam mobil mewah itu.. Siti Thursina pun langsung diantarkan kerumahnya. Sesanpai dirumah…
Ali : O…. Anando… Ayahando baru saja mendapatkan pinjaman. Ayahando akan mambuka Distro pakaian khas Minangkabau. Biar kebudayaan kita indak hilang.
Siti Thursina : O… Ayahando.. bagus itu! Tapi darimana Ayahando mendapatkan uang?
Ali : Dari Datuklah.. Anando darimana? Dan siapa pemuda gagah nan tampan ini?
Siti Thursina : Anando baru saja melancong. Ini pemuda yang anando sering ceritakan namanya Syamsul Bahri. Dan yang disebelahnya Abbasyah pengawal Kakanda Syamsul.
Syamsul : Perkenalkan nama ambo Syamsul Bahri, Ambo kekasih anando tuan Ali.
Abbasyah : Tuan Ali, sungguh kehormatan bisa barjumpa dengan tuan. Nama ambo Abbasyah, ambo selalu setia menemani tuan Syamsul.
Ali : baiklah-baiklah, tapi maaf sekali anando, ayahando tidak bisa menemani pemuda- pemuda ini. Ayahando capek bana, Ayahando istirahat dulu yo.
Abbasyah : Baik,baik tuan.
Siti Thursina : Kakanda Syamsul, Abbasyah silakan duduk dulu dirumah Dinda yang sederhana ini. Adinda indak menyiapkan air dahulu yo. (Pergi mengambil air)
Syamsul : Baik dinda. Siti, Oh siti.. cinta banar ambo pada Siti… ck,ck,ck…
Abbasyah : Tuan betul-betul cinta dengan Dek Siti rupanya.
Syamsul : Banar, Ambo benar-benar cinta pada Siti, Abbasyah…
Abbasyah : Apa tuan tadi dengar Siti dengan Ayahnya indak mambuka Distro baju.
Syamsul : Tentu Abbasyah, Ambo pasti selalu pergi keDistro itu.
Siti Thursina : Ini kopinya, tapi maaf bana.. gulanya sudah habis jadi tidak pakai gula..
Syamsul : Tak apalah dinda.. Kopi ini manis sekali jika meminumnya sambil melihat Dinda.
Siti Thursina : Jangan begitu kanda,, Dinda banar-banar tersipu ni.
Abbasyah : Maaf mengganggu suasana tuan, tapi kita harus pulang sekarang. Ini sudah waktunya tuan syamsul minum susu.
Siti Thursina : Kakanda masih menyusui rupanya..
Syamsul : Oh benar.. Dinda,biar kakanda tambah kuat. kanda dengan berat hati harus kembali..
Siti Thursina : Baik kanda..
Syamsul : Siti………….
Akhirnya Ali membuka distro baju khas Minangkabau. Karena Ditsronya mengoleksi baju-baju yang cantik bana. Distro Ali pun terkenal dan cepat laku. Dengan cepat keluarga Ali menjadi kaya raya. Ternyata Ketenaran dan kesuksesan Ali tidak disukai oleh Datuk Ghazali. Ia takut kekayaannya akan tersaingi oleh Ali.
Malam hari Dirumah Datuk Ghazali … Istri 2 : Uda, apa uda sudah dengar, Si Ali itu sudah kaya.
Istri 1 : Banar uda, Dinda juga dengar dari tetangga, dia hampir sekaya Uda!
Datuk Ghazali : Kurang ajar banar itu Si Ali! Dia belum juga melunasi utangnya!
Istri 2 : Apo! Mengapa uda tak minta?
Istri 1 : Banar!
Datuk Ghazali : Bagaimana kalu kita indak bakar Distro Si Ali? Lalu, Ali jadilah miskin.
Istri 1 : Banar! Banar! Itu Uda! Si Ali itu lebih pantas jadi orang miskin!
Istri 2 : Kito harus menghancurkan si Ali itu! Bakar distronya itu!
Datuk Ghazali : Baiklah! Malam ini kalian dinda-dindaku, bakarlah distro siAli yang cantik bana itu!
Malam itu juga Kedua Istri Datuk Ghazali langsung membakar habis Distro yang menjadi tumpuan hidup Ali dan keluarganya. Tidak ada orang yang melihat kedua istri Datuk yang membakar Distro itu.
Keesokan harinya…
Ali terkejut bukan main ketika akan membuka Distro kesayanganya. Betapa tidak, distro itu telah hangus terbakar bersama isinya. Ali akhirnya kembali kerumah sambil menangis.
Ali : ( mengangis sambil meraung- raung) Habis sudah Distro ambo.. Habislah ambo…. Bagaimana ini…
Tiba-tiba…. Datuk Ghazali bersama kedua istrinya menggedor-gedor pintu rumah Ali.
Datuk Ghazali : Hai Ali! Kembalikan uang ambo! (Mengetuk pintu rumah sambil meraung-raung)
Ali : (sambil membuka pintu rumah) Aduh tuan… Ambo belum punya uang… Ambo baru saja tertimpa musibah…
Datuk Ghazali : Ambo tidak perduli! Kalau begitu kita barteran! Anak wa’ang si Siti Thursina untuk ambo, 2 istri ambo untuk wa’ang!
Kedua istri : Hah! Kami tidak mau!
Ali : Baiklah, baiklah tuan datuk…
Tiba-tiba pintu rumah kembali terbuka… Ternyata siti dan Syamsul yang baru saja pulang.
Siti Thursina : Ada apo ini!?
Datuk Ghazali : Kemarilah Siti Thursina. Cantik bana si Siti ini… Sekarang Wa’ang jadi milik ambo!
Syamsul : Apa wa’ang bilang tua Bangka! Siti Thursina adalah milik ambo!
Perkelahian pun tidak bisa dihindarkan…
Parang, lcd, tali jemuran, kursi goyang, cpu, printer, speaker, tisu toilet semua dilemparkan…
Datuk Ghazali : Kuat pula rupanya wa’ang! Tapi ambo tak akan kalah! Rasakan pisau belati ambo Syamsul!
Syamsul tersungkur jatuh, menggelepar-gelepar. Darah segar keluar dari dadanya.
Abbasyah : Tuan… Tuan Syamsul bertahanlah…. (Sambil menangis duduk disamping Syamsul)
Syamsul : Susu…….susu………..susu……… (Sambil meraung-raung)
Siti thursina : (Siti terduduk sambil menangis) Kakanda… Bertahanlah Kakanda… Siti selalu ada disisi kakanda Syamsul…
Syamsul : Abbasyah… jagalah Siti.. Arghhhh…susu…….
Abbasyah : Tidak tuan… tuan harus selamat…
Syamsul pun tak terselamatkan…
Siti thursina : Dasar Datuk tua Bangka terkutuk! Ambo indak sudi menjadi istri wa’ang! Ambo lebih baik mati bersama Kakanda Syamsul!
(Siti Thursina mengambil belati yang tertancap ditubuh Syamsul dan Ia tusuk kedadanya sendiri)
Ali : Tidak…………… Anando ambo… Siti Thursina…..
Datuk Ghazali : Apo! Jatah malamku…………….
Datuk Ghazali sangat terkejut ketka Siti Thursina bunuh diri di depan matanya sendiri. Datuk Ghazali langsung terkena serangan jantung.
Datuk Ghazali : Arghhhhhh… Dinda-dindaku…(Sambil memegang dadanya dan merintih kesakitan)
Kedua Istri : Uda……. Jangan mati dulu uda… Kami indak mau jadi janda miskin…
Akhirnya kisah Siti Thursina pun berakhir dengan tragis. Syam kembali menjadi orang miskin. Abbasyah sangat bersedih kehilangan tuannya yang ia sayangi. Kedua istri Datuk Ghazali menjadi gila.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar