Arman, pria mapan tampan yang mempunyai kekasih bernama Ryan. Di balik sifatnya yang menyukai sesama jenis, Arman adalah anak yang patuh pada kedua orang tuanya. Hingga pada suatu hari Arman menikahi Aminah.Walaupuntidak mencintainya... Sampai kapankah cinta segitga ini akan bertahan...?
22 Februari 2009
Sore hari di sebuah cafetaria .....
(Arman duduk sendirian di salah satu kursi cafe, sambil melihat jam tangan)
(Ryan datang menghampiri Arman)
Ryan : Maaf aku telat, (mencium pipi kiri Arman)
Arman : Nggak, aku juga baru datang. Kenapa tiba-tiba sekali mengajakku jalan hari ini?
Ryan : Aku.. aku hanya ingin membicarakan suatu masalah denganmu,
Arman : katakanlah, apa itu?
Ryan : Man, aku... aku.. Aku ingin mengakhiri hubungan ini..
Arman : Ap... apa, apa maksudmu Ryan? Bukankah kita telah lama bersama? Pikirkan matang-matang yan!
Ryan : Aku tau man, aku tau!
Arman : Tolong lihat aku.. dan jawab pertanyaanku! Mau dibawa kemana hubungan kita yan...? (Sambil menghadapkan wajah Ryan dengan tangan)
Ryan : Maafkan aku Arman! Aku telah jalan dengan orang lain man! Dan Aku ! mungkin ini keterlaluan, tapi aku tak bisa lagi berbohong padamu, (Melepas tangan Arman dari wajahnya)
Arman : Ryan? Aku sungguh tak percaya..
(Tiba-tiba seorang pria menghampiri mereka)
Noval : Ryan, aku terlalu lama menuggumu disana,
Arman : Ini orang yang kau maksudkan itu?!
Ryan : Arman..
Arman : Selama ini? Selama ini kau mengkhianatiku bersama orang ini?!
Noval : Aku memang orang yang dimaksudkan, maaf aku merebut kekasihmu,
Arman : Kau.. (Menarik kerah baju Noval)
(Arman berdiri dari kursi)
(pengunjung cafe yang lain terkejut dan melihat kearah mereka)
Ryan : man, jangan mulai pertengkaran! Aku tau aku salah, tapi aku lebih mencintainya daripada dirimu man! Aku harus pergi!
Arman : Ryan! Ryan!
(Ryan beranjak dari kursinya dan pergi bersama Noval meninggalkan Arman sendirian)
Arman : Argh....(Melempar papan nomor) Kenapa ini terjadi?! Apa salahku?!
Set pertama selesai
(Panggung ditutup layar hitam)
Di rumah Haji Umar
(Haji Umar sedang membaca koran sambil dan datang Ibu Rohana membawa secangkir Kopi)
Set pertama selesai
(Panggung ditutup layar hitam)
Di rumah Haji Umar
(Haji Umar sedang membaca koran sambil dan datang Ibu Rohana membawa secangkir Kopi)
Ibu Rohana : Bi, sebenarnya hatiku ini sedang galau,
Haji Umar : Apa yang membuat hatimu galau mi?
Ibu Rohana : Ummi ingin putra tunggal kita Arman segera menikah bi, umur Arman telah lewat kepala 3, akan tetapi dia belum juga menikah.
Haji Umar : Ummi, apa yang Ummi katakan itu benar. Abi pun ingin segera menimang cucu. Lagipula ada seorang teman Abi yang ingin mengawinkan putrinya dengan Arman.
Ibu Rohana : Siapa itu Abi?
Haji Umar : Itu mi, sahabat Abi, Kyai Alghafur . Putrinya, Aminah baru saja menyelesaikan kuliahnya di Mesir . Bukankah dia gadis yang baik untuk anak kita?
Ibu Rohana : Benar abi,
(Arman masuk keruangan dengan wajah muram)
Arman : Assalamualaikum,
Ibu Rohana dan Haji Umar : waalaikum salam,
Haji Umar : Arman, kemari sebentar nak, ada yang ingin Abi bicarakan padamu.
Arman : Ada apa bi? (Sambil duduk di salah satu kursi)
Haji Umar : Ini soal masa depanmu Arman. Abi hanya ingin tau, Sudahkah kau memiliki kekasih yang akan menjadi calon istri?
Arman : Hah? Abi, Arman tak pernah berpikir soal itu. Arman terlalu sibuk, bi.
Rohana : Sampai kapan kamu ingin habiskan waktumu sebagai bujangan man?
Arman : Entahlah Ummi,
Haji Umar : Bagaimana bila Abi mengawinkanmu dengan Aminah, putri dari sahabat Abi.
Arman : Kawin? Kenapa begitu mendadak? Arman masih belum siap berumah tangga bi!
Ibu Rohana : Apanya yang belum siap Arman?! kamu telah bekerja, mapan, lagipula usiamu telah sangat matang man. Apa kamu mau dipanggil bujang lapuk?
Arman : Ummi, tapi Arman..
Ibu Rohana : Arman, Ummi dan Abimu ini sudah tua renta, kami merindukan seorang cucu. Ini permintaan terakhir Ummi dan Abimu man!
Haji Umar : Dengar kata Ummimu man, menikahlah..
Arman : Ummi, abi.. (Arman menunduk)
Set kedua selesai
Haji Umar : Apa yang membuat hatimu galau mi?
Ibu Rohana : Ummi ingin putra tunggal kita Arman segera menikah bi, umur Arman telah lewat kepala 3, akan tetapi dia belum juga menikah.
Haji Umar : Ummi, apa yang Ummi katakan itu benar. Abi pun ingin segera menimang cucu. Lagipula ada seorang teman Abi yang ingin mengawinkan putrinya dengan Arman.
Ibu Rohana : Siapa itu Abi?
Haji Umar : Itu mi, sahabat Abi, Kyai Alghafur . Putrinya, Aminah baru saja menyelesaikan kuliahnya di Mesir . Bukankah dia gadis yang baik untuk anak kita?
Ibu Rohana : Benar abi,
(Arman masuk keruangan dengan wajah muram)
Arman : Assalamualaikum,
Ibu Rohana dan Haji Umar : waalaikum salam,
Haji Umar : Arman, kemari sebentar nak, ada yang ingin Abi bicarakan padamu.
Arman : Ada apa bi? (Sambil duduk di salah satu kursi)
Haji Umar : Ini soal masa depanmu Arman. Abi hanya ingin tau, Sudahkah kau memiliki kekasih yang akan menjadi calon istri?
Arman : Hah? Abi, Arman tak pernah berpikir soal itu. Arman terlalu sibuk, bi.
Rohana : Sampai kapan kamu ingin habiskan waktumu sebagai bujangan man?
Arman : Entahlah Ummi,
Haji Umar : Bagaimana bila Abi mengawinkanmu dengan Aminah, putri dari sahabat Abi.
Arman : Kawin? Kenapa begitu mendadak? Arman masih belum siap berumah tangga bi!
Ibu Rohana : Apanya yang belum siap Arman?! kamu telah bekerja, mapan, lagipula usiamu telah sangat matang man. Apa kamu mau dipanggil bujang lapuk?
Arman : Ummi, tapi Arman..
Ibu Rohana : Arman, Ummi dan Abimu ini sudah tua renta, kami merindukan seorang cucu. Ini permintaan terakhir Ummi dan Abimu man!
Haji Umar : Dengar kata Ummimu man, menikahlah..
Arman : Ummi, abi.. (Arman menunduk)
Set kedua selesai
(Panggung ditutup)
22 Maret 2009
Pesta Pernikahan Arman dan Aminah dilaksanakan...
Penghulu : Saya nikahkan Aminah binti Sulaiman Alghafur dengan Arman Maulana bin Umar Syahab dengan mas kawin seperangkat alat shalat dibayar tunai.
22 Maret 2009
Pesta Pernikahan Arman dan Aminah dilaksanakan...
Penghulu : Saya nikahkan Aminah binti Sulaiman Alghafur dengan Arman Maulana bin Umar Syahab dengan mas kawin seperangkat alat shalat dibayar tunai.
Arman : Saya terima nikahnya Aminah binti Sulaiman Alghafur dengan mas kawin seperangkat alat shalat dibayar tunai.
Penghulu : Bagaimana, Sah..?
Para Undangan : Sah...
Penghulu : Alhamdulillah..
Arman dan Aminah : Alhamdulillah..
(Sesi salam-salaman)
(Arman dan Aminah menyalami kedua orang tua dan kedua mertua mereka)
Kyai Alghafur : Alhamdulillah, semoga dengan pernikahan ini tali silahturahim kita semakin erat.
Haji Umar : Benar, Arman jagalah istrimu ini, jadilah imam yang benar bagi keluargamu.
Arman : Baik Abi, arman akan berusaha,
Siti Zubaidah : Aminah, jadilah istri yang soleha dan tunduk kepada suamimu, jangan pernah sedikit pun kau membantah kepada suamimu.
Aminah : Na’am Ummi, doakan agar keluarga ana di ridhai oleh Allah SWT.
Ibu Rohana : Amin..
Set ketiga selesai
20 februari 2010
Aminah : Ummi... Ummi, sungguh Aminah tidak sanggup untuk menjadi istri yang diinginkan mas Arman. (sambil menangis)
Siti Zubaidah : Aminah anakku ini ujian berat untukmu.. Ummi yakin, suamimu akan berubah suatu hari nanti..
Aminah : Mas Arman tidak sedikit pun mencintai ana Ummi.. Hampir setahun pernikahan kami, dan Aminah telah berusaha keras menjadi istri yang baik.. Haruskah semua ini diakhiri?
Siti Zubaidah : Aminah, tidak ada yang harus diakhiri, teruslah setia bersama suamimu!
Aminah : Ummi..
Siti Zubaidah : Cukup aminah, hapus air matamu. Jangan sampai suamimu tahu kau menangis. Ummi harus segera pulang. Assalamualaikum.
Aminah : Waalaikum salam.
(Aminah duduk terdiam sambil menagis)
Aminah : Ya.. Allah… Ampunilah hamba yang tidak mampu membahagiakan suami hamba…. Ya Allah… bukakanlah pintu hati suami hamba…
(Aminah menangis)
(Arman tiba dirumah)
(Aminah segera menghapus air matanya)
Arman : Assalammualaikum,
Aminah : Waalaikum salam. Mas biar Aminah yang bawa,
(aminah berusaha membantu Arman membawakan tas kantornya)
Arman : tidak perlu, mas bisa sendiri. (arman duduk dikursi dan membuka sepatu)
Aminah : Mas, tak bisakah kau pulang lebih cepat walau hanya sehari saja?
Arman : tak bisakah kau diam? Apa kau tak lihat aku begitu lelah?!
Aminah : Mas,
Arman : Apa maumu Aminah? Sudah cukup banyak uang yang kuberi untukmu bukan?! Apa lagi yang kau permasalahkan?
Aminah : Uang? Mas, Mas Arman, bukan uang yang aku inginkan mas... bukan uang.. nafkahi batinku mas, nafkahi batinku.. Aku ini istrimu!
Arman : Aminah! Aku ini suamimu! Aku begitu lelah mencukupi nafkah hidup kita! Dan jangan pernah kau tinggi-tinggikan suaramu dihadapanku!
Aminah : Mas Arman! Seorang suami wajib menafkahi istrinya lahir dan batin! Mas, tak dapatkah kau berikan waktumu sedikit saja untukku? Untuk istrimu?!
Arman : Aminah! (hampir menampar wajah Aminah)
Aminah : Kenapa mas? Tampar aku! Tampar Mas! Tampar! (Suara terisak-isak)
(Arman memalingkan wajahnya)
Aminah : Aku.. Selama ini aku tidak mengerti seperti apa rumah tangga kita ini!
Arman : Arghh...
(Arman berlalu meninggalkan Aminah)
(Tiba-tiba Bel berbunyi)
(Aminah menghapus air matanya dan segera membukakan pintu)
(Terlihat seorang pria dengan membawa sebuah koper)
Aminah : Ca.. cari siapa mas?
Ryan : Armannya ada? Kau istrinya Arman?
Aminah : Hmm ya, saya, saya istrinya Mas Arman. Silakan masuk mas, mas Arman baru saja pulang.
(Ryan duduk disalah satu kursi)
(Sementara Aminah pergi memanggil arman)
Aminah : Mas tunggu sebentar, biar saya panggilkan mas Arman.
(Ryan mengangguk)
(Tak lama Arman datang)
Arman : ad.. (terputus) Ryan...?
Ryan : Arman... Aku.. (refleks memeluk Arman) (Suara hampir terisak)
(Arman terpaku sejenak)
Arman : Ryan, apa yang kau lakukan?
Ryan : Arman, arman maafkan aku man, maafkan aku, maaf aku telah meninggalkanmu!
Arman : Apa yang telah terjadi? Kenapa kau bisa kesini?
Ryan : Arman.. Arman, aku telah ditipu oleh Noval selama ini, hampir seluruh hartaku di bawa olehnya, aku.. sungguh...
Arman : Tenang, tenang yan,
Ryan : Aku sungguh malu untuk menemuimu, tapi aku tak punya orang lain selain dirimu man..
Arman : Iya, iya aku tau yan, tenanglah.. aku telah melupakan semuanya..
Ryan : Arman.. sekarang tempat pun aku tak punya, bolehkah aku tinggal bersamamu?
Arman : Maaf yan, kau tak mungkin disini bersama istriku... emm..
(Membuka isi tas dan mengeluarkan selembar kertas cek berisi belasan juta)
Arman : Ambilah ini, aku meminjamkan uang ini padamu. Sewalah rumah,
Ryan : Arman, sungguh terima kasih man... (wajah memelas)
(Ryan menangis di pundak Arman)
Pranggg!!!
(suara gelas pecah)
(Aminah menjatuhkan gelas dari nampan yang telah dia bawa. Aminah terkejut melihat suaminya)
(Arman dan Ryan terkejut)
Aminah : Astaghfirullah.. Mas.. Apa yang sedang kau lakukan dengan pria itu!
Arman : Aminah!Dengar dulu Aminah!
(Aminah menggeleng-gelengkan kepalanya)
Aminah : Ini alasan Mas tidak pernah perduli padaku bukan?! Mas, aku tidak menyangka bahwa suamiku seorang gay!
(Sambil pergi meninggalkan ruangan )
Arman : Aminah, jangan pergi!
Ryan : Ma, maaf ini semua salahku.
Arman : Arghhh.. sudahlah!
(Tiba-tiba 2 orang polisi masuk menggebrak pintu rumah)
Arman : Apa-apaan ini?!
Polisi 1 : kami dari kepolisian, ini surat penangkapan saudara Ryan Risky Ramadhan.
Ryan : Arman, arman tolong aku man, aku dijebak!
Polisi 2 : Anda hampir menjadi korban penipuan saudara Ryan. Ryan telah melakukan beberapa penipuan.
Penghulu : Bagaimana, Sah..?
Para Undangan : Sah...
Penghulu : Alhamdulillah..
Arman dan Aminah : Alhamdulillah..
(Sesi salam-salaman)
(Arman dan Aminah menyalami kedua orang tua dan kedua mertua mereka)
Kyai Alghafur : Alhamdulillah, semoga dengan pernikahan ini tali silahturahim kita semakin erat.
Haji Umar : Benar, Arman jagalah istrimu ini, jadilah imam yang benar bagi keluargamu.
Arman : Baik Abi, arman akan berusaha,
Siti Zubaidah : Aminah, jadilah istri yang soleha dan tunduk kepada suamimu, jangan pernah sedikit pun kau membantah kepada suamimu.
Aminah : Na’am Ummi, doakan agar keluarga ana di ridhai oleh Allah SWT.
Ibu Rohana : Amin..
Set ketiga selesai
Lewat sudah 11 bulan 12 hari setelah pernikahan mereka. Arman dan Aminah belum juga dikaruniai seorang anak. Arman begitu sibuk dengan pekerjaan dan menghapus lukanya setelah kepergian Ryan. Sedangkan Aminah hanya bisa mengurus pekerjaan rumah tanpa tahu bahwa Arman mencari kesenangan lain bersama teman-teman prianya.
Aminah : Ummi... Ummi, sungguh Aminah tidak sanggup untuk menjadi istri yang diinginkan mas Arman. (sambil menangis)
Siti Zubaidah : Aminah anakku ini ujian berat untukmu.. Ummi yakin, suamimu akan berubah suatu hari nanti..
Aminah : Mas Arman tidak sedikit pun mencintai ana Ummi.. Hampir setahun pernikahan kami, dan Aminah telah berusaha keras menjadi istri yang baik.. Haruskah semua ini diakhiri?
Siti Zubaidah : Aminah, tidak ada yang harus diakhiri, teruslah setia bersama suamimu!
Aminah : Ummi..
Siti Zubaidah : Cukup aminah, hapus air matamu. Jangan sampai suamimu tahu kau menangis. Ummi harus segera pulang. Assalamualaikum.
Aminah : Waalaikum salam.
(Aminah duduk terdiam sambil menagis)
Aminah : Ya.. Allah… Ampunilah hamba yang tidak mampu membahagiakan suami hamba…. Ya Allah… bukakanlah pintu hati suami hamba…
(Aminah menangis)
(Arman tiba dirumah)
(Aminah segera menghapus air matanya)
Arman : Assalammualaikum,
Aminah : Waalaikum salam. Mas biar Aminah yang bawa,
(aminah berusaha membantu Arman membawakan tas kantornya)
Arman : tidak perlu, mas bisa sendiri. (arman duduk dikursi dan membuka sepatu)
Aminah : Mas, tak bisakah kau pulang lebih cepat walau hanya sehari saja?
Arman : tak bisakah kau diam? Apa kau tak lihat aku begitu lelah?!
Aminah : Mas,
Arman : Apa maumu Aminah? Sudah cukup banyak uang yang kuberi untukmu bukan?! Apa lagi yang kau permasalahkan?
Aminah : Uang? Mas, Mas Arman, bukan uang yang aku inginkan mas... bukan uang.. nafkahi batinku mas, nafkahi batinku.. Aku ini istrimu!
Arman : Aminah! Aku ini suamimu! Aku begitu lelah mencukupi nafkah hidup kita! Dan jangan pernah kau tinggi-tinggikan suaramu dihadapanku!
Aminah : Mas Arman! Seorang suami wajib menafkahi istrinya lahir dan batin! Mas, tak dapatkah kau berikan waktumu sedikit saja untukku? Untuk istrimu?!
Arman : Aminah! (hampir menampar wajah Aminah)
Aminah : Kenapa mas? Tampar aku! Tampar Mas! Tampar! (Suara terisak-isak)
(Arman memalingkan wajahnya)
Aminah : Aku.. Selama ini aku tidak mengerti seperti apa rumah tangga kita ini!
Arman : Arghh...
(Arman berlalu meninggalkan Aminah)
(Tiba-tiba Bel berbunyi)
(Aminah menghapus air matanya dan segera membukakan pintu)
(Terlihat seorang pria dengan membawa sebuah koper)
Aminah : Ca.. cari siapa mas?
Ryan : Armannya ada? Kau istrinya Arman?
Aminah : Hmm ya, saya, saya istrinya Mas Arman. Silakan masuk mas, mas Arman baru saja pulang.
(Ryan duduk disalah satu kursi)
(Sementara Aminah pergi memanggil arman)
Aminah : Mas tunggu sebentar, biar saya panggilkan mas Arman.
(Ryan mengangguk)
(Tak lama Arman datang)
Arman : ad.. (terputus) Ryan...?
Ryan : Arman... Aku.. (refleks memeluk Arman) (Suara hampir terisak)
(Arman terpaku sejenak)
Arman : Ryan, apa yang kau lakukan?
Ryan : Arman, arman maafkan aku man, maafkan aku, maaf aku telah meninggalkanmu!
Arman : Apa yang telah terjadi? Kenapa kau bisa kesini?
Ryan : Arman.. Arman, aku telah ditipu oleh Noval selama ini, hampir seluruh hartaku di bawa olehnya, aku.. sungguh...
Arman : Tenang, tenang yan,
Ryan : Aku sungguh malu untuk menemuimu, tapi aku tak punya orang lain selain dirimu man..
Arman : Iya, iya aku tau yan, tenanglah.. aku telah melupakan semuanya..
Ryan : Arman.. sekarang tempat pun aku tak punya, bolehkah aku tinggal bersamamu?
Arman : Maaf yan, kau tak mungkin disini bersama istriku... emm..
(Membuka isi tas dan mengeluarkan selembar kertas cek berisi belasan juta)
Arman : Ambilah ini, aku meminjamkan uang ini padamu. Sewalah rumah,
Ryan : Arman, sungguh terima kasih man... (wajah memelas)
(Ryan menangis di pundak Arman)
Pranggg!!!
(suara gelas pecah)
(Aminah menjatuhkan gelas dari nampan yang telah dia bawa. Aminah terkejut melihat suaminya)
(Arman dan Ryan terkejut)
Aminah : Astaghfirullah.. Mas.. Apa yang sedang kau lakukan dengan pria itu!
Arman : Aminah!Dengar dulu Aminah!
(Aminah menggeleng-gelengkan kepalanya)
Aminah : Ini alasan Mas tidak pernah perduli padaku bukan?! Mas, aku tidak menyangka bahwa suamiku seorang gay!
(Sambil pergi meninggalkan ruangan )
Arman : Aminah, jangan pergi!
Ryan : Ma, maaf ini semua salahku.
Arman : Arghhh.. sudahlah!
(Tiba-tiba 2 orang polisi masuk menggebrak pintu rumah)
Arman : Apa-apaan ini?!
Polisi 1 : kami dari kepolisian, ini surat penangkapan saudara Ryan Risky Ramadhan.
Ryan : Arman, arman tolong aku man, aku dijebak!
Polisi 2 : Anda hampir menjadi korban penipuan saudara Ryan. Ryan telah melakukan beberapa penipuan.
Arman : Ap..?
Polisi 1 : Beruntung istri anda, melaporkan keberadaan Ryan disini.
(Aminah muncul diantara polisi)
(Kedua polisi memegang tangan Ryan dan memaksanya pergi)
Ryan : Arman,arman jangan percaya man!
(Kedua polisi dan Ryan pergi meninggalkan ruangan)
Arman : Ya Allah.. kau telah menyelamatkanku..
Aminah : Mas Arman, minta ampunlah kepada Allah.. kau telah berada di jalan yang salah selama ini mas...
Arman : (Arman tertunduk diam)
Set kempat selesai
Arman terdiam seakan sadar akan segala hal yang telah dia perbuat.
(di sebuah mushala sedang berlangsung khutbah jumat)
Ust. Penceramah : (bercerita tentang maulid)
(Habis ceramah dan para jamaah pulang)
(Ust. Penceramah berlalu meninggalkan Arman sendirian)
Arman : Ya Allah.. Hamba mohon ampun atas dosa dan dosa.. sempatkanlah aku bertobat hidup di jalanmu... tuk penuhi kewajibanku... sebelum tutup usia kembali padaMu... Ya Allah...
Set Keempat selesai
13 Maret 2010..
3 Minggu berlalu setelah kejadian tersebut.. Arman kini telah bertaubat. Arman berusaha mencintai Istrinya Aminah dan terus hidup di jalan Allah SWT. Dan sekarang Arman bersama Aminah merayakan Maulid Nabi Muhammad SAW dengan mengundang anak-anak yatim ke rumah mereka.
(Arman dan Aminah membagi-bagikan nasi kotak kepad anak yatim)Anak-anak yatim : terima kasih...
(Berderet mengantri mengambil kotak nasi)
tamat
Tidak ada komentar:
Posting Komentar