Pagi itu seperi biasa
saya naik labi - labi (nama angkutan umum dikota saya) untuk menuju ke kampus
yang berada di daerah Darusalam. Saya terus mengeluh di dalam hati karena beban
berat yang saya bawa, hari itu saya membawa beberapa buku cetak tebal didalam
tas saya, beserta binder, buku tulis dan perlengkapan lainnya. Labi - labi yang
saya naiki itu hampir penuh, ada beberapa mahasiswi lain, anak sma,
ibu -ibu kantoran, dan yang menarik perhatian saya adalah seorang ibu paruh
baya penjual jamu gendong yang mungkin usianya sebaya dengan ibu saya dirumah.
Ia membawa bakul besar berisi sepuluh-an lebih botol kaca dan ember berisi air
yang dia letakkan di bawah tempat duduk. Ibu itu memangku bakul besar tadi
karena tempat duduk sudah penuh sehingga dia tidak bisa lagi meletakkan bakul
berat itu ditempat duduk sampingnya. Saya jadi merasa malu teringat dengan
keluhan - keluhan saya tadi. Ia yang usianya jauh lebih tua dari saya tidak
sedikitpun menunjukkan rasa keberatan di wajahnya. Yang ada hanya wajah keibuan,
ramah, dan sangat tenang. Sebagai seorang yang muda saya merasa kalah waktu
itu..
Sesampai di daerah Prada
Ibu penjual jamu tadi turun dari labi - labi. Setelah ibu itu membayar ongkos
labi - labi yang masih saya tumpangi itu pun melaju pelan. Melalui jendela
labi-labi, saya melihat ibu penjual jamu gendong tadi menyebrang
jalan raya dengan bakul besar yang kini ia gendong dipunggungnya dan ember
berisi air yang ia tenteng di tangan kirinya, Labi - labi yang saya tumpangi terus menjauh menuju kampus. Semoga Allah melancarkan rezekimu
ibu penjual jamu gendong..
Tidak ada komentar:
Posting Komentar